(MEDAN) - Puluhan benda-benda bersejarah merupakan peninggalan Kerajaan Aru yang pernah jaya di Sumatera Utara pada abad 13-16 Masehi dipamerkan di Museum Negeri Sumatera Utara. Selasa, (30/6).
Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia Sumut, Dr.Phil Ichwan, Medan,Senin, mengatakan, materi yang dipamerkan tersebut adalah hasil temuan arkeologis di Kota Rentang Medan Marelan, Benteng Putri Hijau di Deli Tua maupun situs Kota Cina di Hamparan Perak,Kabupaten Deli Serdang,Sumut.
"Temuan itu beberapa di antaranya adalah keramik dan tembikar abad 13-16 Masehi, mata uang, foto nisan (batu kubur), peta satelit benteng putri hijau dan arca," katanya.
Peta satelit benteng putri hijau itu menunjukkan akurasi luas dan posisi benteng dalam peta Medan dan Sumatera Utara yang dibuat dengan alat canggih dengan ketinggian dari satelit sejauh 12-13 Km dan dapat diperbesar dari ketinggian 2-3 Km.
Demikian pula dalam bentuk diorama yang diupayakan serta dikerjakan dengan hati-hati sehingga mencerminkan posisi dan keadaan yang sebenarnya.
Ia menjelaskan, berdasarkan literarur dari beberapa sumber, Kerajaan Aru adalah kerajaan besar dan penting yang berdiri pada Abad 13-16 Masehi dibagian utara Andalas yang merupakan salah satu kerajaan yang disebutkan Gajah Mada untuk ditaklukkan dalam sumpah palapanya.
Pusat Kerajaan Aru juga dinyatakan berpindah-pindah yang sebagian menyebut terletak di Teluk Aru di kaki gunung Seulawah (Aceh Barat), Lingga (Tanah Karo),Barumum (Tapsel) dan Deli Tua (Deli Serdang).
Namun demikian, berdasarkan aktifitas arkeologis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pusat Kerajaan Aru berada di Kota Rentang (Hamparan Perak) dari abad 13-14 Masehi sebelum akhirnya berpindah ke Deli Tua (abad 15-16) akibat serangan Kerajaan Aceh.
"Hipotesa bahwa Kota Rentang adalah pusat Kerajaan Aru banyak didukung oleh beberapa faktor seperti jalur dari Karo plateau maupun hinterland menuju Pantai Timur yang terfokus pada Sei Wampu dan Muara Deli," ujar Ichwan
Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia Sumut, Dr.Phil Ichwan, Medan,Senin, mengatakan, materi yang dipamerkan tersebut adalah hasil temuan arkeologis di Kota Rentang Medan Marelan, Benteng Putri Hijau di Deli Tua maupun situs Kota Cina di Hamparan Perak,Kabupaten Deli Serdang,Sumut.
"Temuan itu beberapa di antaranya adalah keramik dan tembikar abad 13-16 Masehi, mata uang, foto nisan (batu kubur), peta satelit benteng putri hijau dan arca," katanya.
Peta satelit benteng putri hijau itu menunjukkan akurasi luas dan posisi benteng dalam peta Medan dan Sumatera Utara yang dibuat dengan alat canggih dengan ketinggian dari satelit sejauh 12-13 Km dan dapat diperbesar dari ketinggian 2-3 Km.
Demikian pula dalam bentuk diorama yang diupayakan serta dikerjakan dengan hati-hati sehingga mencerminkan posisi dan keadaan yang sebenarnya.
Ia menjelaskan, berdasarkan literarur dari beberapa sumber, Kerajaan Aru adalah kerajaan besar dan penting yang berdiri pada Abad 13-16 Masehi dibagian utara Andalas yang merupakan salah satu kerajaan yang disebutkan Gajah Mada untuk ditaklukkan dalam sumpah palapanya.
Pusat Kerajaan Aru juga dinyatakan berpindah-pindah yang sebagian menyebut terletak di Teluk Aru di kaki gunung Seulawah (Aceh Barat), Lingga (Tanah Karo),Barumum (Tapsel) dan Deli Tua (Deli Serdang).
Namun demikian, berdasarkan aktifitas arkeologis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pusat Kerajaan Aru berada di Kota Rentang (Hamparan Perak) dari abad 13-14 Masehi sebelum akhirnya berpindah ke Deli Tua (abad 15-16) akibat serangan Kerajaan Aceh.
"Hipotesa bahwa Kota Rentang adalah pusat Kerajaan Aru banyak didukung oleh beberapa faktor seperti jalur dari Karo plateau maupun hinterland menuju Pantai Timur yang terfokus pada Sei Wampu dan Muara Deli," ujar Ichwan