Friday, March 24, 2017

Kunjungan Jokowi ke Tapteng: Sejarah Barus

Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Barus, Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara  yang direncanakan, Jumat (24/3/2017) atau Sabtu (25/3/2017)  dalam rangka silaturahmi sekaligus paninjauan dan peresmian Titik Nol Tugu Islam Indonesia, sangat ditunggu-tunggu warga masyarakat daerah Barus.

Anda tahu daerah Barus?

Barus adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Barus dulunya dikenal sebagai kota emporium dan pusat peradaban pada abad 1 – 17 M, dan disebut juga dengan nama lain, yaitu Fansur.

Kecamatan Barus berada di Pantai Barat Sumatera. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Andam Dewi, sebelah Selatan dengan Kecamatan Sosorgadong, sebelah Timur dengan Kecamatan Barus Utara, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Pada masa lalu yang paling dikenal adalah Kapur Barus dan rempah-rempah, merupakan salah satu komoditas perdagangan yang sangat berharga dari daerah ini dan diperdagangkan sampai ke Arab, dan Parsia.

Kapur Barus sangat harum dan menjadi bahan utama dalam pengobatan di daerah Arab dan Persia. Kehebatan kapur ini pun menjalar ke seluruh dunia dan mengakibatkan dia diburu dan mengakibatkan harganya semakin tinggi.

Eksplorasi yang berlebihan dari Kapur Barus ini mengakibatkan tidak ada lagi regenerasi dari pohon yang berusia lama ini. Saat ini sangat susah menemui pohon Kapur Barus, kalaupun ada umurnya masih belum mencapai usia untuk memproduksi bubuk yang ada di tengah batang pohon.

Sebelum kemerdekaan Indonesia, wilayah Barus meliputi daerah-daerah yang berada di Kecamatan Barus, Manduamas, Sirandorung, Andam Dewi, Sosorgadong, Kecamatan Sorkam, Sorkam Barat dan Kolang yang sekarang masuk ke dalam daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.

Seterusnya Kecamatan Pakkat, Kecamatan Parlilitan, Kecamatan Tara Bintang dan Onan Ganjang yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan.

Daerah Barus dulunya dikenal dengan nama Barus Raya.

Wilayah Barus Raya terdiri atas :

1. BARUS KOTA meliputi Dewan Negeri Barus, Kota Barus, Barus Mudik, Tukka Holbung, Dewan Negeri Pasaribu Dolok berikut desa-desanya antara lain, Kinali, Ladang Tengah, Ladang Baru, Lobu Tua, Uratan, Rina Bolak, Sirami-ramian, Sogar, Pangaribuan, Parik Sinomba, Sihorbo, Purba Tua, Aek Dakka, Siharbangan, Pananggahan, Bukit Hasang, Patupangan, Sigambo-gambo, Kadei Gadang, dll.

2. BARUS TIMUR terdiri dari Dewan Negeri Sorkam, Sorkam kanan, Sorkam kiri, Pasar Sorkam, Bottot, Teluk Roban, Pahieme, Bukkit, Pagaran-Tombak, Riana Bidang, Pasaribu Tobing, Gotting Mahe, Hurlang dengan ibu kotanya Kolang, Sipakpahi, dan lain-lain.

3. BARUS UTARA meliputi Dewan Nagari Tukka Dolok, Kecamatan Pakkat, Kecamatan Parlilitan dan Onan Ganjang (di Tapanuli Utara, Negeri Siranggason Negeri Simanullang, Negeri Rambe, berikut desa-desanya antara lain Batu Gaja Siantar-sitanduk, Situbu-tubu, Tara Bintang, Aek Riman, Sibua kare, Huta Ambasang, Sigalapang, Aek Sopang, Tolping, Siambaton Julu, Temba, Arbaan, Parbotihan, Sanggaran, Huta Julu, Sihikkit, Banuarea, Sijarango, Sitonong, Sampean, Kalasan, Pusuk, dan lain-lain.

4. BARUS BARAT, terdiri dari Dewan Negeri Siambaton Napa, Manduamas, Gosong-Telaga, Laebutar, Singkil Baru (Suraya) berikut desa-desanya antara lain Pardomuan, Tumba, Binjohara, Pagaran-Pinang, Saragih, Purti, Balno, Rimau, Oboh, Runding,Tambisi, Sikoran, Napagalu, Bistang, Pangkalan Surambi, Lipek Kajang, Pakkiraman, Sirimo-Bunga-Tolu, Kampung Keras, Lae Gambir, Bonang, Siteraju, Namasondol, Suro, Uruk-datar, Tanjung Mas, Subulussalam, dan dll.

5. BARUS SELATAN adalah samudera Indonesia yang didepannya ada Pulau Mursala, Pulau Sorkam, Pulau Panei, Pulau Karang, Ulak Bumi, Pulau Lipan, Pulau Mangki- Gadang, Pulau Panjang, Pulau Sarok, dan Pulau Sikandang. Luas wilayah Barus Raya diperkirakan lebih dari 400.000 ha, memanjang sepanjang pantai Barat Sumatera, antara Muara Kolang di Tenggara sampai muara sungai Simpang Kanan.

Sungai-sungainya cukup banyak, yang terbesar antara lain, Aek (sunga/air) Raisan melintas di negeri Kolang, Aek Sibulbulen, di Si Onom Hudon, Humbang Hasundutan ( kawasan meninggalnya Singamangaraja XII pada 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan Belanda), dan Aek Sibondong, Humbang Hasundutan kawasan Raja Sisingamangaraja yang bermuara ke Pasar Sorkam.

Setelah Kemerdekaan

Barus dikenal kota tua, menjadi salah satu tujuan wisata bagi para peneliti arkeologi agama Kristen dan Islam baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Di Lobu Tua dimana peneliti Prancis dan Indonesia melakukan eksplorasi arkeologi dapat melihat peninggalan sejarah Islam di Barus dengan adanya makam Papan Tenggi dan makam Mahligai.

Dalam catatan Wikipedia, berikut sebahagian pakar yang terlibat dalam eksplorasi maupun pelestarian kebudayaan Barus, di antaranya Prof.Dr.Hasan Muarrif Ambari (Arkeologi Islam), Prof Dr Ludwick Kalus, Prof Dr C Guillot dan Dr Daniel Perret (arkeolog Perancis), Prof Dr Datok Nik Hassan Shuaimi (pakar sejarah Universitas Kebangsaan Malaysia), Prof Dr Azyumardi Azra (pakar sejarah Univ. Islam Negeri Syarif Hidayatullah), Prof Dr M Dachnel Kamars MA (pakar administrasi pendidikan Universitas Negeri Padang), dan Dr M Nur MS (pakar sejarah Universitas Andalas).

Salah satu pahlawan yang diangggap setelah kemerdekaan, salah satunya adalah Kiai Haji Zainul Arifin Pohan (lahir di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, 2 September 1909 – meninggal di Jakarta, 2 Maret 1963 pada umur 53 tahun). Di jaman penjajah Belanda dia sudah aktif di organisasi (NU-GP Ansor), sesuatu kegiatan yang dianggap penjajah sebagai penggalangan rakyat untuk melawan mereka.

Semasa penjajahan Jepang dia menjadi Panglima Hizbullah Masyumi,dengan tugas utama mengkoordinasi pelatihan-pelatihan semi militer di Cibarusa, dekat Bogor.

Pascakemerdekaan dia banyak dipercaya di legislatif dan eksekutif. Salah satu jabatan terpenting yang pernah diemban dia adalah Wakil Perdana Menteri Indonesia dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo I yang memerintah dua tahun penuh (1953-1955). Masa jabatan 30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955. Dalam sejarah Organisasi Nahdatul Ulama (NU) dia tercatat sebagai orang pertama yang menduduki jabatan tersebut.

Di Barus ada tiga agama yang berdampingan sangat harmonis, yakni Islam, Katholik, dan Kristen Protestan. Dan masih ada juga kepercayaan Parmalim yang merupakan agama nenek moyang suku Batak.
Etnis penduduk sungguh melahirkan suatu peradaban ke-Bhineka Tunggal Ika-an.

Etnis Minangkabau, Batak Toba, Mandailing, Aceh, Pakpak, Karo, Nias, Bugis dan Jawa. Demikian pula keturunan Arab, India dan China masih terdapat di Barus yang saling berdampingan yang penuh kekeluargaan dan toleransi yang tinggi. Saling berbaur dan bersatu dalam satu duduk (tikar) dalam melaksanakan tugas adat/kebudayaan pada tiap-tiap etnis yang melaksanakan acara pesta.

Pembangun Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di kawasan Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Pakpak Bharat belum ada terlihat sentuhan pemerintah.

Kondisi jalan cukup parah, seperti di Jalinsum dari Barus, Tapteng menuju Kecamatan Pakkat dan Parlilitan, Humbang Hasundutan.

Begitu juga kalau arah dari Kota Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan menuju Sionom Hudon (kawasan Raja Sisingamangaraja XII meninggal), Kecamatan Parlilitan.

Dari Kecamatan Parlilitan menuju perbatasan Kabupaten Pakpak Bharat yang panoramanya begitu indah nan sejuk di kelilingi hutan yang masih tropis, tak begitu terperhatikan sejak jaman Indonesia merdeka.

Jalinsum dari Barus, Tapteng, menuju Pakkat, Parlilitan, Humbang Hasundutan sampai ke perbatasan Pakpak Bharat, kalau dikelola dengan baik, akan mendongkrak perekonomian warga, dan menjadi salah satu destinasi wisata yang tak kalah menarik dari daerah-daerah lain.

Seperti Jalinsum Humbang Hasundutan menuju Pakpak Bharat, yang dibatasi Delleng (Gunung) Simpon yang begitu indah panoramanya dan hasil-hasil pertanian begitu segar, sangat dibutuhkan perhatian pemerintah terhadap kondisi daerah tersebut. (tribunnews)